Rabu, 20 Oktober 2010

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini kami dapat :
 Membuat sintesa senyawa Cu (NH3)4. SO4. H2O
 Membuat sintesa senyawa Co (NH3)6. CL3
 Membandingkan labilitas ion komplek yang telah dibuat dalam air dan asam klorida.

II. PERINCIAN KERJA
 Membuat senyawa Cu (NH3)4.SO4. H2O
 Membuat senyawa Co (NH3)6. CL3
 Membandingkan labilitas senyawa Cu (NH3)4. SO4. H2O dan Co (NH3)6. CL3 dalam air dan asam.

III. ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN
 Neraca analitas
 Gelas piala (100 ml, 250 ml dan 500 ml) 1 + 1 + 1 buah
 Erlenmeyer 125 ml 1buah
 Erlenmeyer Vakum 500 ml 1 buah
 Gelas ukur 10 ml 1 buah
 Pipet tetes 1 buah
 Pipet ukur 5 ml 1 buah
 Corong Buchner dan pompa isap 1 set
 Hot plate 1 buah
 Cawan petridiks 1 buah
 Eksikator
 Kertas saring dan kertas timbang 1 + 1 buah
IV. ZAT-ZAT YANG DIPERLUKAN
 Tembaga (II) sulfat kristal 25 gram
 Amonium klorida 10 gram
 Kobalt (II) klorida kristal 5 gram
 Etanol 96% 100 gram
 Larutan NH3 25 M 100 gram
 Larutan HCL 12 M 50 gram

V. DASAR TEORI
Senyawa kompleks adalah senyawa yang berisi ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion atau molekul netral yang disebut ligan. Kovalen koordinasi, maka senyawa komplek sering disebut senyawa koordinasi. Pada percobaan ini, kita akan membuat senyawa komplek dari Cu (NH3)4. SO4. H2O dan Co (NH3)6. CL3. Ion komplek dalam senyawa tersebut diatas adalah Cu (NH3)42+ dan Co (NH3)63+. Dalam percobaan ini kita akan membuat ion komplek dengan menggunakan reaksi substitusi ligan, atau mengkoordinasi ligand, yaitu menempatkan kembali ligand lain pada ion pusat. Biasanya reaksi ini dilakukan dalam larutan air, dimana kation logam mula-mula ada dalam bentuk hidrat yang sederhana : penambahan reagent yang berisi suatu ligan pengkompleks akan menghasilkan perubahan reaksi sebagai berikut :
Cu (H2O)42+ + 4 NH3 - - - - - - - - Cu (NH3)42+ + 4 H2O ................. (1)
Pada beberapa reaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks, kecepatan reaksinya sangat cepat. Dengan demikian bentuk ion yang dihasilkan secara termodinamika adalah stabil. Menurut hukum kesetimbangan kimia suatu reaksi dapat dengan cepat dikontrol sebagai kelangsungan suatu perubahan kondisi suatu reaksi. Reaksi (1) adanya NH3 pada konsentrasi sedang dapat berlangsung terus dengan cepat kekanan. Pada penurunan konsentrasi NH3, misalnya dengan penambahan asam pada sistem, kita dapat mengganti kation tembaga hidrat dengan mudah. Ion komplek yang mengalami perubahan reaksi dengan cepat, seperti reaksi (1) disebut Labil. Tidak berarti bahwa semua ion komplek itu labil. Ada beberapa ion komplek yang tidak labil (inert) diantaranya yang akan dilakukan pada eksperimen ini yaitu dengan mengganti ligan dengan pelan. Untuk ion kompleks yang inert, dihasilkan pada reaksi substitusi dengan penambahan suatu katalis. Sebagai contoh pada pembuatan ion kompleks dari senyawa Co(NH3)6. CL3 menggunakan katalis karbon aktif. Dengan tidak adanya katalis, ion kompleks yang terbentuk adalah Co(NH3)5.H2O3+. Kobalt (III) ada pada spesies ini merupakan ion kompleks yang stabil dan mengandung ligan NH3.
Untuk senyawa komplek dari senyawa kobalt, yang divalent lebih stabil dalam air, dan yang trivalent akan menjadi dominan jika ligannya amonia atau ion nitrit. Ion heksa amina kobalt (II) (Co(NH3)6)2+, mudah teroksidasi menjadi senyawa komplek dari kobalt (II) hidrat. Endapan kobalt (II) hidroksida yang mula-mula diperoleh dari percobaan, larut kembali dalam amonia berlebihan membentuk heksa amina kobalt (II) yang berwarna merah cokelat, persamaannya sebagai berikut :
(Co(H2O)6)2+ + 6 NH3 - - - - - - - - - - - - - (Co(NH)6)2+ + 6 H2O
Warna merah cokelat akan berubah menjadi gelap, jika dibiarkan dalam udara bebas, karena teroksidasi menjadi kobalt (III).
Pada ion heksa amina kobalt (III) (Co(NH3)63+ berwarna oranye. Oksidasi akan terjadi dengan adanya katalis karbon aktif. Ion kompleks lain yang didapatkan seperti adanya ion Cl  sebagai bentuk ion penta amina klor kobalt (III) yang berwarna merah.
Co (H2O)6++ (Co(NH3)6) (Co(NH3)6)+++
(CoCl(NH3)5)+++
Beberapa ion kompleks adalah berwarna baik ada dalam bentuk padat maupun dalam larutan. Suatu cara yang mudah untuk menentukan keadaan suatu ion kompleks adalah labil, yaitu mencatat keadaan perubahan warna yang terjadi jika ditambahkan suatu reagent yang bereaksi dengan ligan yang ada dalam ion kompleks.
VI. PROSEDUR PENGERJAAN
Pembuatan Sintesa Senyawa (Cu(NH3)4).SO4. H2O
 Ditimbang 7 gram CuSO4. 5H2O dengan neraca analitis dan dilarutkan dalam erlenmeyer 125 ml menggunakan 15 ml aquadest, dan dipanaskan hingga semua zat padat larut.
 Didinginkan larutan yang terjadi pada suhu ruangan, lalu ditambahkan larutan 25 M NH3 tetes demi tetes sambil diaduk sampai endapan yang terjadi larut sempurna membentuk ion kompleks (Cu (NH3)42+.
 Kemudian ditambahkan 10 ml larutan etanol 96% untuk mendapatkan endapan dari garam Cu (NH3)4. SO4. H2O, dan didiamkan selama 1 minggu.
 Dipanaskan cawan petridiks dan kertas saring, lalu di timbang beratnya,
 Hasil yang terjadi disaring denagan corong Buchner dan endapan dicuci dengan menambahkan etanol 95%.
 Endapan yang terjadi dimasukkan kedalam cawan petridiks tersebut, lalu dipanaskan sampai didapat bobot konstan.
 Persamaan reaksinya :
Cu (H2O)42+ + SO42- + 4 NH3 Cu (NH3)4 SO4. H2O

Labilitas Relatif dari Ion kompleks Cu (NH3)4 SO4. H2O
 Dilarutkan sebagian kecil (kira-kira 0,5 gram) dari senyawa kompleks Cu (NH3)4 SO4. H2O dalam beberapa ml air.
 Dicatat warna dan diamati pengaruh penambahan beberapa tetes larutan HCl 12 M.
 Dibandingkan hasil pengamatan senyawa A dan senyawa B, kemudian mengambil kesimpulan apakah senyawa Cu(NH3)4++ stabil ataukah dia labil.




VII. DATA DAN PENGAMATAN
 Sintesa senyawa koordinasi Cu (NH3)4 SO4. H2O
Massa kertas saring + cawan petridiks = 37,8201gram
Massa kertas saring + cawan Petridiks + Hasil = 44,2959gram
Massa hasil ( 44,2956 gr – 37,8211 gr ) = 6,4755gram
Hasil teori = 6,7488 gram
Prosentase ( 6,4755 : 6,7488 ) x 100 % = 92,4 %

 Labilitas dari senyawa kompleks
Warna zat padat Warna dalam air Warna dalamHCL
Cu (NH3)42+ Biru Muda Biru Muda ( Stabil ) Biru Muda ( Stabil )

VIII. PEMBAHASAN HASIL PERCOBAAN
 Pada saat penambahan NH3 25 % terhadap CuSO4.H2O terbentuk endapan biru keputihan, yang dimana ini berarti peranan SO4= sebagai ligan utama digeser oleh NH3 sehingga terlihat perubahan warna dari tak berwarna menjadi Biru Keputihan, dan pada saat NH3 berlebih terjadi maka sepenuhnya peranan SO4= telah tergantikan sehingga warna Biru Muda tersebut ada.
 Penambahan Etanol dilakukan dengan maksud agar endapan dari garam Cu(NH3)4SO4.H2O dapat larut semua agar tidak ada garam yang akan tersisa pada dinding Erlenmeyer tersebut karena pada saat larutan disimpan dalam lemari asam selama seminggu maka akan ada garam yang melengket pada dinding erlenmeyer itu, dan etanol absolut dapat melarutkan endapan tersebut, sehingga pada saat erlenmeyer tersebut dicuci maka seluruh endapan dapat kita saring dalam corong buchner. Dan beratnya dapat kita pertahankan
 Senyawa Cu(NH3)4++ tidak mengalami perubahan warna karena senyawa ini merupakan senyawa yang stabil, dimana peranan NH3 sebagai gugus pengeliling dari Cu++ tidak dapat digantikan dengan Cl  sehingga senyawa ini tetap berwarna Biru Muda sama seperti sebelum penambahan HCl
IX. KESIMPULAN
 Didalam melakukan praktikum sintesa senyawa kompleks ada beberapa faktor yang harus kita perhatikan antara lain :
 Pada saat dilakukan penambahan NH3 25 M kita harus memasukkan setetes demi tetes dan digoyang-goyangkan dan NH3 haruslah berlebih.
 Pada saat dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong buchner, kertas saringnya terlebih dahulu kita panaskan dan ditimbang.
 Cawan petridiks yang akan dipakai untuk mencari berat konstan haruslah dipanaskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penimbangan.
 Pengetesan senyawa yang labil ataukah stabil dapat dilakukan dengan jalan penambahan H2O, dimana apabila terjadi perubahan maka senyawa itu labil, begitu pula ditambahkan HCl untuk melihat keadaan yang terjadi, jika senyawa itu mempunyai karakteristik tetap walaupun telah dilakukan penambahan H2O dan HCl maka senyawa itu dapat dikatakan stabil.
 Dari hasil pengamatan ternyata senyawa Cu(NH3)4++ adalah senyawa yang stabil.

X. PERTANYAAN
1. Hitung hasil secara teoritis senyawa yang anda buat dalam eksperimen ini, jika ion logam merupakan pereaksi yang habis. Tentukan banyaknya mol dari Cu (NH3)4 SO4. H2O secara teoritis

=
= 0,028 mol
Gr Teoritis = Mol x BM Cu(NH3)4SO4.H2O
= 0,028 mol x 245,5 gr/mol
= 6,874 gr
2. Bagaimana anda dapat menetapkan bahwa ion logam merupakan pereaksi yang
habis bereaksi :
 jika dilihat reaksi dari persamaan reaksinya :
CuSO4.5H¬2O (Cu(H2O)4)++ + SO4= + H2O
(Cu(H2O)4)++ + SO4= + 4NH3 Cu(NH3)4SO4.H2O + 3 H2O
dari persamaan diatas maka dapat dilihat bahwa semua ion logam akan bereaksi membentuk senyawa kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O sehingga tidak ada yang tersisa lagi, disebabkan perbandingan antara mol CuSO4.5H¬2O dengan Cu(NH3)4SO4.H2O adalah 1 : 1
3. Bagaimana anda menamai senyawa yang telah dibuat :
Cu (NH3)4 SO4. H2O namanya : Tetra Amina Tembaga (II) Sulfat
Co (NH3)6 CL3 namanya : Heksa Amina Kobalt (III) Khlorida

XI. DAFTAR PUSTAKA
 Emil J. Slowinski :”Chemical Principles in the Laboratory With Qualitative Analysis”, Alternate Edition Holt Saunders Japan, 1983.
 J.Brockington, BSC, Chem MRST :”Combined Chemistry” Third impression, Longman limited, 1985.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar